Edi Sayudi Bangun Dapur MBG Mandiri di Demak, Sediakan 3.500 Porsi Makanan Sehat per Hari

Makan Bergizi Gratis Demak

Edi Sayudi meninjau dapur Program Makan Bergizi Gratis (MBG) miliknya di Jalan Bhayangkara Demak, Rabu (9/7). Foto: Sam

ARUSUTAMA.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah pusat melalui APBN/APBD maupun secara mandiri, kini telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Di Kabupaten Demak, program ini dikelola oleh 11 yayasan, salah satunya milik pengusaha sekaligus tokoh masyarakat, Edi Sayudi.

Edi menyampaikan komitmennya untuk turut serta dalam mendukung program MBG secara mandiri. Ia memulai kiprahnya sejak awal Juni 2025 dengan membangun dua dapur khusus MBG di Maharani Alun-alun dan satu lagi di rumah pribadinya di Jalan Bayangkara. Keduanya telah disesuaikan dengan standar dapur MBG dari Badan Gizi Nasional (BGN), lembaga yang setara kementerian dan bertanggung jawab langsung atas program ini.

“MBG ini hal baru bagi saya, sehingga saya perlu pendalaman dan penyesuaian dalam menyiapkan dapur sesuai standar BGN,” jelas Edi saat ditemui di Dapur MBG Bayangkara, Rabu (9/7/2025).

Ia mengakui bahwa tantangan utama yang dihadapi terletak pada manajemen sumber daya manusia (SDM). Sistem kerja berbasis shift, khususnya pada malam hari untuk menyiapkan makanan pagi, menjadi kendala tersendiri.

“Susah cari SDM yang mau kerja malam. Masak pagi itu artinya kami harus kerja mulai malam, apalagi untuk masakan sebanyak 3.500 porsi,” ungkapnya.

Pelaksanaan program MBG memang tidak lepas dari dinamika pro dan kontra. Namun, Edi yang juga mantan anggota DPRD Demak dari Fraksi PKB, menilai bahwa perbedaan pendapat adalah hal wajar dalam proses perubahan sosial.

“Negara-negara maju sudah lama menjalankan program ini. Indonesia baru mulai, jadi wajar jika ada pro-kontra,” ujarnya.

Ia pun menegaskan bahwa MBG merupakan program strategis yang layak dilanjutkan karena berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurutnya, makanan bergizi tidak hanya soal rasa, tetapi juga pemenuhan nutrisi.

“Anak-anak sekolah kadang pilih-pilih makanan. Misalnya kita beri sayur siem yang tinggi vitamin, tapi mereka anggap tidak enak. Padahal kami siapkan menu berdasarkan panduan ahli gizi,” terangnya.

Dalam satu paket MBG, Edi menjelaskan bahwa isinya bukan sekadar nasi dan lauk, tetapi juga disertai sayur, buah, ikan, dan susu yang diberikan minimal seminggu sekali.

“Jadi bukan hanya soal gratis, tapi soal gizi yang terukur dan tepat,” pungkasnya.

Melalui komitmennya, Edi berharap lebih banyak pihak tergerak untuk ikut berperan dalam MBG, sembari mengingatkan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada struktur manajemen dan ketahanan SDM. (Sm)