Berharap Keberkahan, Lansia dari Berbagai Daerah Nyantri di Masjid Agung Demak

Suasana para lansia ikut nyantri ramadhan di Serambi Masjid Agung Demak, Senin (3/3). Foto: Sam
ARUSUTAMA.com – Sebanyak 127 santri lanjut usia (lansia) dari berbagai daerah mengikuti Pesantren Ramadhan di Masjid Agung Demak. Dengan semangat, mereka berharap mendapat keberkahan (tabarukan) dari Sultan Fattah, Raja Kesultanan Demak Bintoro.
Program pesantren ini berlangsung selama 27 hari, dimulai sejak 1 Maret 2025 atau bertepatan dengan 1 Ramadhan 1446 H. Para peserta berasal dari berbagai wilayah, termasuk Demak, Grobogan, Semarang, Kendal, Jepara, Solo, hingga daerah yang lebih jauh seperti Surabaya, Lampung, dan Makassar.
Sejak pagi, para santri lansia tiba di Masjid Agung Demak, diantar oleh keluarga, anak, dan cucu mereka. Dengan membawa perlengkapan pribadi, mereka diterima oleh Pengasuh Pesantren Ramadhan dan diarahkan ke kamar-kamar yang telah disediakan.
Ketua Umum Takmir Masjid Agung Demak, KH Nur Fauzi, menyampaikan bahwa pihaknya telah menyiapkan 10 kamar besar, delapan di antaranya untuk santri perempuan.
“Pesantren ini gratis dan kami menyediakan fasilitas yang memadai untuk kenyamanan santri,” ujarnya seusai berziarah ke Makam Sultan Fattah dan Sultan Trenggono bersama para santri lansia, Senin (3/3/2025).
Menurutnya, Pesantren Ramadhan ini dikhususkan bagi lansia dengan usia minimal 56 tahun. Bahkan, lebih dari 10 peserta berusia di atas 80 tahun. Meski sudah lanjut usia, mereka tetap tampak sehat dan antusias mengikuti kegiatan.
Nur Fauzi menambahkan bahwa minat masyarakat terhadap program ini sangat tinggi. Awalnya, terdapat lebih dari 200 pendaftar, namun karena keterbatasan tempat, pihaknya harus membatasi jumlah peserta.
“Tahun lalu, peserta masih bisa mendaftar langsung di hari pertama puasa. Tapi tahun ini, sebelum Ramadhan dimulai, kuota sudah penuh,” jelasnya.
Keistimewaan Pesantren Ramadhan Lansia di Masjid Agung Demak terletak pada nilai sejarah dan spiritualnya. Masjid ini dahulu menjadi pusat syiar Islam oleh Walisongo dan menjadi tempat berkumpul serta mengaji para aulia.
KH Abdullah Mahali, Wakil Ketua Takmir Masjid Agung Demak, menambahkan bahwa sebelum berdirinya Kesultanan Demak Bintoro, telah ada Pesantren Glagahwangi yang diasuh oleh Raden Fattah.
“Santri lansia yang mengikuti pesantren ini secara tidak langsung juga menjadi santri Sultan Fattah,” ujarnya saat membuka acara secara resmi di aula kompleks Makam Raja-raja Kesultanan Demak.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Ketua Panitia Kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri Masjid Agung Demak H Muhammad Ihsan, Sekretaris Takmir H Fatkhan Abdul Aziz, serta Lurah Pondok Kiai Zaenuri.
Salah satu santri lansia, Maksum (86) asal Magetan, Jawa Timur, mengungkapkan kebahagiaannya bisa kembali merasakan suasana pesantren di usia senja.
“Saat muda, saya pernah nyantri di salah satu pesantren di Godong, Grobogan. Senang sekali di usia ini masih diberi kesempatan untuk nyantri lagi,” ujarnya.
Bagi Maksum, belajar dan mengaji adalah kewajiban seumur hidup yang harus dijalani hingga akhir hayat. (Sm)