Distribusi Material Terhambat Pungli, Proyek Tol dan Tanggul Laut Terancam Molor

Truk pengangkut material saat melintasi jalur pengerjaan proyek Tol Semarang-Demak. Foto: Sm
ARUSUTAMA.com – Proyek strategis nasional pembangunan Tol Semarang–Demak yang terintegrasi dengan tanggul laut kembali menghadapi hambatan non-teknis. Sejumlah sopir dan pengusaha penyedia material mengeluhkan adanya praktik pungutan liar (pungli) di beberapa titik akses masuk lokasi proyek.
Humas CRBC Wika PP, Robby Sumarna, mengungkapkan bahwa informasi tersebut diperoleh dari para sopir dan pelaku usaha suplai pasir. Mereka mengaku harus membayar retribusi tidak resmi yang diduga dikoordinir oleh oknum dengan mengatasnamakan masyarakat setempat.
Pungutan ini berkisar antara Rp8.000 hingga Rp24.000, tergantung pada volume material yang dibawa. Praktik pungli tersebut disebut marak terjadi di wilayah Morosari hingga Bedono dan telah berlangsung cukup lama.
“Padahal, pemeliharaan jalan sudah termasuk dalam kontrak antara kontraktor dengan Kementerian PUPR, sehingga pungutan tersebut tidak dapat dibenarkan,” jelas Robby saat dikonfirmasi, Kamis (30/5/2025).
Dalam kunjungan terbarunya, Gubernur Jawa Tengah juga meninjau langsung progres pembangunan tol sekaligus mengecek kondisi proyek kolam retensi Terboyo dan Sriwulan. Kolam tersebut berfungsi untuk menampung air saat terjadi banjir rob, dengan kapasitas tampung sebesar 6,7 juta meter kubik untuk Terboyo dan 1,1 juta meter kubik untuk Sriwulan.
Meski demikian, genangan air masih terjadi di wilayah Sayung karena belum tersambungnya tanggul sepanjang 800 meter.
“Air rob masih bisa menembus daratan, namun proyek berjalan sesuai progres dan diperkirakan tersambung penuh pada Oktober 2025,” tambah Robby.
Ia juga menyebutkan bahwa faktor cuaca, terutama hujan, turut membatasi distribusi material dari lokasi quary. Untuk itu, ia berharap dukungan penuh dari masyarakat agar pembangunan berjalan lancar dan manfaat jangka panjangnya dapat segera dirasakan.
“Proyek ini adalah untuk masa depan anak cucu kita. Sayung dan Genuk sudah bertahun-tahun terdampak rob. Jika proyek ini selesai, masyarakat bisa hidup, bekerja, dan bersekolah dengan lebih nyaman,” pungkasnya.
Robby mengajak semua pihak untuk menghentikan segala bentuk pungutan liar dan mendukung percepatan proyek demi kepentingan bersama. (Sam)