Perempuan Pesisir Demak Hadapi Ancaman Krisis Iklim: Perjuangan dan Harapan untuk Pengakuan Hak Nelayan

Pj Bupati Demak bersama Puspita Bahari dan narasumber usai gelar seminar Keperempuanan di Gedung Kesenian Tembiring. Foto: ist
ARUSUTAMA.com – Ancaman krisis iklim semakin nyata dirasakan oleh perempuan di wilayah pesisir Kabupaten Demak. Masalah seperti rob, abrasi pantai, hingga kehilangan mata pencaharian memaksa banyak perempuan beralih menjadi nelayan. Namun, meskipun telah melaut, baik bersama suami maupun sendiri, perempuan nelayan masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan hak-hak yang layak.
Pendiri Puspita Bahari Demak, Masnuah, dalam pernyataannya menegaskan bahwa keberadaan perempuan nelayan bukanlah hal baru.
“Perempuan nelayan mengarungi lautan sendiri itu nyata adanya. Perempuan di kawasan pesisir beralih profesi menjadi nelayan karena tuntutan hidup dan harus beradaptasi dengan kondisi alam,” jelasnya, Kamis (26/9).
Sejak tahun 2018, Puspita Bahari telah berhasil mengadvokasi perempuan nelayan di Demak, sehingga mereka dapat mengubah status pekerjaan di KTP dari Ibu Rumah Tangga menjadi Nelayan.
Menurut Masnuah, identitas ini sangat penting karena tidak hanya sebagai pengakuan, tetapi juga untuk memberikan perlindungan.
“Ketika perempuan nelayan mengalami musim paceklik, kecelakaan, atau kehilangan alat tangkap, mereka berhak mendapatkan perlindungan dari negara,” tambahnya.
Masnuah juga menyoroti risiko tinggi yang dihadapi perempuan nelayan yang setara dengan nelayan laki-laki. Ia berharap agar negara memberikan kesetaraan dalam fasilitas seperti subsidi BBM, alat tangkap, hingga asuransi.
Salah satu perempuan nelayan, Darwanti (45), juga mengungkapkan tantangan yang sering dihadapinya saat melaut.
“Iklim di laut sering tidak bisa diprediksi, kami sering terkena badai. Bahkan ada perempuan nelayan yang harus melahirkan di laut, atau kapal yang terbelah dua akibat ombak. KTP dan asuransi nelayan sangat penting bagi kami,” ujarnya.
Gerakan perempuan nelayan ini turut diabadikan oleh Puspita Bahari dalam sebuah pameran bertajuk Perempuan Merajut Gerakan Menghadapi Krisis Iklim, yang diperlihatkan kepada PJ Bupati Demak, Ali Makhsun.
Menanggapi hal ini, Ali Makhsun mengapresiasi perjuangan para perempuan nelayan. “Kami sangat mendukung gerakan ini. Fokus perempuan dalam keluarga sangat luas, sehingga perlu adanya dukungan yang lebih besar untuk mereka,” tuturnya.
Perjuangan perempuan nelayan di pesisir Demak ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berjuang untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk pengakuan hak-hak mereka sebagai bagian dari masyarakat yang layak mendapatkan perhatian dan perlindungan negara.